SUKOHARJO – Tim USAID Higher Education Leadership and Management Dr Berth Golstein (Advisor from Kentucky University, Amarika) dan Martha Silalahi (Action Research Program Assosiate) menyambangi kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Selasa (10/11).
Kedatangan keduanya untuk membuat case study program riset aksi UMS. Mereka ditemui Wakil Rektor I Dr Muhammad Dai dan WR III Prof Dr Muhammad Wahyuddin di ruang Rektorat UMS. Menurut Martha Silalahi, Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika telah lama melakukan kerja sama program penelitian dengan UMS.
Secara intensif kerja sama diwujudkan dalam berbagai program, di antaranya tentang penguatan penelitian sehingga mendorong tumbuhnya jurnal internasional. ‘Kami ingin melihat lagi adanya peluang yang bisa digarap bersama lembaga penelitian UMS,’ ucapnya. Berth Golstein lebih tertarik menanyakan tentang sistem manajemen yang dijalankan perguruan tinggi di bawah naungan Muhammadiyah ini.
Salah satunya tentang pengelolaan antara UMS dibanding dengan perguruan tinggi lain seperti UMY dan UMM. ‘Bagaimana cara pengelolaan UMS dibanding UMY dan UMM,’ ucapnya. Muhammad Dai menjelaskan perguruan tinggi Muhammadiyah, seperti UMS yang merupakan salah satu amal usaha perserikatan, diberikan otonomi dalam mengatur kehidupan kampusnya.
Namun tetap menjaga misi dan visi organisasi. ‘Misalnya, soal gaji karyawan, pengembangan SDM dan fasilitas kampus bisa jadi berbeda dengan UMM dan UMY. Namun, inti pembelajarannya tidak boleh keluar dari roh Muhammadiyah,’ ujar Muhammad Dai. Kehadiran Tim USAID itu salah satunya untuk melakukan evaluasi terhadap program yang telah dikerjasamakan sejak 2013 tersebut dengan UMS.
‘Mereka itu ingin melihat progresnya tentang apa yang telah dikerjasamakan. Selama ini kerja sama dalam bentuk program, bukan hibah,’ ucapnya. Karena itu, dia mengusulkan agar bantuan itu sekali waktu berwujud hibah. (Humas)